a. Memeriksa Sistem Kemudi
Unit ini mengidentifikasikan kompetensi yang dibutuhkan untuk pemeriksaan dan pengujian dari komponen dan sistem kemudi dan menilai kondisi (termasuk sistem kemudi manual dan power steering). Pekerjaan ini biasanya dilaksanakan sebelum spooring.
MATERI UNIT KOMPETENSI
Fungsi sistem kemudi adalah untuk mengatur arah kendaraan dengan cara membelokkan roda depan. Bila roda kemudi diputar steering column akan meneruskan tenaga putarnya ke steering gear. Steering gear memperbesar tenaga putar ini sehingga dihasilkan momen yang lebih besar untuk menggerakkan roda depan melalui steering linkage.
Tipe sistem kemudi yang digunakan tergantung dari model mobil ( sistem pemindah daya dan suspensinya, apakah mobil penumpang, komersial dan seterusnya ). Tipe yang paling banyak digunakan sekarang adalah
1. Recirculating Ball.
2. Rack dan Pinion.
BAGIAN – BAGIAN UTAMA SISTEM KEMUDI
Pada umumnya sistem kemudi dibagi menjadi 3 bagian :
1. Steering Column
2. Steering Gear
3. Streering Linkage
1. STEERING COLUMN
1. STEERING COLUMN Steering column terdiri dari main shaft yang meneruskan putaran roda kemudi ke steering gear, da column tube yang mengikat main shaft ke bodi. Ujung atas dari main shaft dibuat meruncing dan bergerigi, dan roda kemudi dikaitkan ditempat tersebut dengan sebuah mur. Steering gear juga merupakan mekanisme penyerap energi yang menyerap gaya dorong dari pengemudi pada saat terjadinya tabrakan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dihalaman selanjutnya
Disamping mekanisme penyerap energi pada steering column kendaraan tertentu terdapat sistem control kemudi. Misalnya mekanisme steering lock untuk mengunci main shaft.
Kemudian terdapat juga mekanisme tilt steering untuk memungkinkan pengemudi menyetel posisi vertical roda kemudi.
2. STEERING GEAR
Steering gear tidak saja berfungsi untuk mengarahkan roda depan tetapi dalam waktu yang bersamaan juga berfungsi sebagai gigi reduksi untuk meningkatkan momen agar kemudi menjadi ringan. Untuk itu diperlukan perbandingan reduksi yang disebut perbandingan steering gear. Biasanya perbandingan steering gear antara 20 :
Perbandingan yang semakin besar akan menyebabkan kemudi menjadi semakin ringan akan tetapi jumlah putarannya akn bertambah banyak, untuk sudut belok yang sama. Tipe yang sering digunakan pada steering gear adalah tipe recirculating ball dan rack pinion.
Tipe recirculating ball digunakan pada mobil penumpang ukuran sedang sampai besar dan mobil berjenis komersial. Berikut ini adalah gambar tentang cara kerja dari kemudi tipe recirculating ball dan pada halaman selanjutnya adalah komponen – komponen dari jenis kemudi ini.
Sedangkan untuk tipe rack & pinion digunakan pada mobil penumpang ukuran kecil sampai sedang. Untuk mekanisme kerjanya dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
3. STEERING LINKAGE
Steering linkage terdiri dari rod dan arm yang meneruskan tenaga gerak dari steering gear ke roda depan. Walaupun mobil bergerak naik turun gerakan roda kemudi harus diteruskan ke roda – roda depan dengan sangat tepat setiap saat. Ada beberapa tipe steering linkage dan konstrusi joint yang dirancang untuk tujuan tersebut.
Steering linkage untuk suspensi rigid.
Steering Linkage untuk suspensi independen, Pada jenis ini masih dibagi lagi menjadi 2 macam jenis yaitu :
1. Steering Linkage untuk tipe recirculating ball.
2. Steering Linkage untuk tipe rack & pinion.
POWER STEERING
Sistem power steering memiliki sebuah booster hidrolis dibagian tengah mekanisme kemudi agar kemudi menjadi lebih ringan. Dalam keadaan normal beratnya putaran roda kemudi dalah 2 – 4 kg. Sistem power steering direncanakan untuk mengurangi usaha pengemudian bila kendaraan bergerak pada putaran rendah dan menyesuaikannya pada tingkat tertentu bila kendaraan bergerak mulai kecepatan medium sampai kecepatan tinggi. Berikut ini dalah beberapa tipe power steering.
a. Tipe integral.
Sesuai dengan namanya kontrol valve power piston terletak didalam gear box sedangkan tipe gear yang dipakai ialah recirculating ball. Bagian yang utama terdiri dari tangki reservoir, vane pump yang membangkitkan tenaga hidrolis, gear box yang berisi kontrol valve, power piston dan steering gear, pipa – pipa yang mengalirkan fluida dan selang – selang flexibel.
b. Tipe rack & pinion
Power steering tipe ini kontrol valve-nya termasuk didalam gear housing dan power piston terpisah didalam power cylinder. Tipe rack & pinion hampir sama dengan mekanisme tipe integral.
kumpulan materi otomotif
Sabtu, 25 Februari 2012
Minggu, 19 Februari 2012
sistem kopling
SISTEM KOPLING DAN CARA KERJANYA
Kopling berfungsi untuk menghubungkan dan melepaskan tenaga dari mesin ke transmisi melalui kerja pedal selama perkaitan roda gigi.kopling juga dapat memindahkan tenaga secara perlahan-lahan dari mesin ke roda-roda penggerak (Drive Wheel) agar gerak mula kendaraan dapat berlangsung dengan lembut dan perpindahan roda-roda gigi transmisi dapat lembut sesuai dengan kondisi jalannya kendaraan.
Sistem Kopling yang akan kita bicarakan disini adalah sistem kopling manual yang selanjutnya kita sebut dengan kopling saja. Berikut ini komponen penting pendukung kopling, secara urut : Fly wheel atau roda gila, Clutch disc atau plat kopling, Clutch cover atau dekrup dan Clutch release bearing atau Drek lahar.
CaraKerja: Fly wheel atau roda gila meneruskan sekaligus menyimpan energi dari Crank Saft (kruk as) mesin saat mesin hidup (berputar), Plat kopling menjadi satu-satunya perantara tenaga mesin dengan Porseneling kita yang akhirnya tenaga ini akan diteruskan ke Roda. Sedangkan Dekrup bekerja sebagai pengatur kapan tenaga mesin di teruskan dan kapan tenaga mesin tidak diteruskan, hal ini dilakukan oleh kaki kita saat menginjak atau melepas pedal kopling melalui perantara Drek lahar.
Catatan : Dekrup di ikat dengan 6 (biasanya) baut terhadap fly wheel. plat kopling menjadi pengisi bagian tengah antara fly wheel dengan dekrup. Pada bagian tengah plat kopling terdapat lubang bergigi yang akan masuk kedalam As blender sebagai penerus tenaga dariplat kopling ke Gearbox porseneleng. Ketika kaki tidak menginjak pedal kopling.
Ketika kaki kita tidak menginjak pedal kopling, dengan melihat susunan diatas maka bantalan dekrup akan menekan plat kopling terhadap fly wheel sehingga seolah olah Fly wheel, plat kopling dan dekrup menjadi satu kesatuan sebagai benda rigid. sehingga apabila fly wheel berputar 10 RPM maka demikian pula dengan plat koplingnya. Dengan cara inilah tenaga dari mesin dapat di transfer ke dalam Gearbox porseneleng (melalui as blender) yang pada akhirnya diteruskan ke roda. Ketika kaki menginjak pedal kopling :
Ketika kaki kita menginjak pedal kopling, maka dreklahar mendorong kuku/ tuas dari dekrup sehingga bantalan dekrup yang menekan plat kopling dan roda gila terangkat. ketika terangkat inilah posisi dikatakan Free / perei. Dimana perputaran dari roda gila tidak di ikuti oleh perputaran dari plat kopling. sehingga tenaga dari mesin tidak sampai pada gearbox perseneleng. Pada saat ini lah perpindahan gigi dari porseneleng dapat dilakukan.Didalam gearbox porseneleng inilah tenaga dari mesin di atur sedemikian hingga sesuai dengan kebutuhan pengemudi melalui rasio gigi.
Kopling terletak diantara mesin dan transmisi, seperti yang di perlihatkan pada gambar di bawah ini:
A. Rangkaian Kopling
1) Pelat Kopling (Clutch Disc)
2) Tutup Kopling (Clutch Cover)
3) Mekanisme penggerak
B. Masalah Kopling
Susah masuk gigi : hal ini mungkin dapat disebabkan oleh beberapa hal, sebelum dapat mengetahui sumber kerusakan kita harus dapat mengetahui ciri2 atau gejala2 yang terjadi. Gejala2 yang mungkin terjadi antara lain adalah :
1) Susah masuk gigi Vosneling baik saat mesin dimatikan maupun di hidupkan : hal ini berarti terdapat kesalahan pada sistem mekanik pengoper gigi hal ini dapat berupa tongkat yang sudah oblak, sift cable atau kabel gigi yang sudah rusak atau putus atau mekanisme pengoper gigi didalam gearbox.
2) Kopling susah masuk gigi hanya pada saat mesin di hidupkan atau dinyalakan, namun mudah jika mesin dimatikan : dalam hal ini ada 2 kemungkinan kerusakan yang pertama adalah Kerusakan terjadi pada mekanisme pendorong clutch release bearing yaitu : master kopling atas bawah, atau kabel kopling yang masih menggunakan kabel, Fork/garpu kopling retak, bushing fork dan atau clutch release bearing atau drek lahar itu sendiri. Kemungkinan yang kedua adalah kerusakan terjadi pada Clutch cover atau dekrup, biasanya ada ciri2 tambahan jika kerusakan terjadi pada dekrup anda yaitu biasanya akan lebih susah masuk gigi lagi setelah melakukan perjalanan yang cukup jauh atau kondisi dekrup sudah panas, gigi akan semakin susah di pindahkan.
3) Kopling bergetar saat pertama mau jalan : 90% hal ini terjadi karena penggunaan Clutch disc atau plat kopling yang kurang bagus (pantekan atau imitasi murahan), 10% fly wheel bergelombang.
4) Suara mesin besar (rpm tinggi) tapi mobil ga mau lari (acceleration kurang) : 80% hal ini terjadi karena platkopling anda sudah tipis, dan lebih parah lagi akan timbul bau "sangit" ketika kita memaksa untuk accelerasi. 20% Fly wheel aus atau "legok" hal ini biasanya terjadi karena penggunaan plat kopling yang kurang bagus bahanya (imitasi).
5) Terdengar suara2 dari transmisi : ada beberapa jenis suara yang mungkin timbul dalam transmisi antaralain :
1. Bunyi Clutch release Bearing = bunyi dari drek lahar ini akan terdengar ketika kita menginjak kopling saat mesin hidup, dan akan hilang suaranya ketika kita melepas kopling.
2. Bunyi Pilot bearing = Akan terdengar saat mesin dihidupkan meskipun kita menginjak kopling atau tidak.
3. Bunyi pada saat jalan = jika kedua bunyi diatas dapat didengar tanpa pergerakan kendaraan, jenis bunyi yang ketiga ini hanya dapat didengar pada saat kendaraan melakukan pergerakan. Bunyi ini berasal dari bearing didalam gearbox anda.
4. Bunyi mendesing pada gigi tertentu = hal ini terjadi karena terdapat kerusakan pada pasangan gigi yang bunyi tersebut kemungkinan gigi sudah aus atau rompal sehingga memberikan rongga udara yang dapat menimbulkan bunyi mendesing
C. Syarat Kopling
1. Harus dapat menghubungkan transmisi dengan mesin secara lembut.
2. Pada saat menghubungkan ke transmisi harus dapat memindahkan tenaga tanpa terjadi slip.
3. Dapat membebaskan hubungan dari transmisi dengan sempurna dan cepat
Dilihat dari jenis pegas penekan yang digunakan, kopling dibagi menjadi dua tipe, yaitu:
a. Tipe Kopling dengan Pegas Koil.
b. Kopling dengan pegas diafragma atau bahasa kerennya Matahari
Dilihat dari mekanisme penggeraknya, ada dua tipe kopling yaitu:
a. Kopling Mekanis
Kopling Mekanis (mechanical clutch) terdiri dari beberapa bagian seperti gambar di bawah ini,perpindahan pedal kopling diteruskan ke body kopling secara langsung oleh kabel.
b. Kopling Hidrolis (penggeraknya menggunakan minyak/fluida)
Pada tipe kopling ini, pergerakan pedal kopling di rubah oleh master silinder menjadi tekanan hidraulis kemudian di teruskan ke garpu pembebas kopling (clutch release fork) melalui silinder pembebas (Release cylinder).
Pada kopling ini pengemudi tidak terganggu oleh bunyi getaran mesin dan kopling mudah digerakkan. Katup pada mesin 4 langkah berfungsi mengatur pembukaan dan penutupan katup•katup. Mekamisme katup ini dirancang sedemikian rupa, sehingga poros nok (camshaft) berputar satu kali untuk menggerakkan katup hisap dan katup buang setiap dua kali putaran poros engkol.
D. Kopling Plat Tunggal Berpegas Diafragma Dan Koil
1. Kontruksi Kopling Plat Tunggal
2. Perbandingan Gaya Diafragma Dengan Koil
a. Posisi plat penekan dengan plat kopling yang sudah aus pada batas limit.
b. Posisi plat penekan dengan plat kopling baru.
c. Posisi plat penekan saat pedal kopling diinjak penuh.
d. Tekanan normal plat penekan pada saat kopling terhubung
Kesimpulan :
1. Tekanan plat penekan dengan pegas diafragma lebih besar dibanding dengan menggunakan pegas koil pada keadaan kanvas kopling aus / menipis.
2. Tekanan plat penekan untuk kedua pegas sama, jika kanvas plat kopling masih baru.
3. Gaya yang diberikan untuk membebaskan kopling dengan pegas koil lebih besar dibanding yang menggunakan pegas diafragma.
Keuntungan :
Untuk plat kopling tunggal dengan pegas diafragma.
1. Tekanan plat penekan selalu normal pada perubahan tebal kanvas
2. Tekanan pedal pada saat membebaskan kopling lebih kecil dibanding kopling dengan pegas koil.
3. Penekan lebih merata terhadap kanvas kopling.
E. Plat Kopling
1. Jenis Kanvas Kopling
a. Kanvas Asbes
Bahan kanvas : Paduan asbes dengan logam
Tuntutan / persyaratan :
1. Tahan terhadap panas.
2. Dapat menyerap panas.
3. Tahan terhadap gesekan.
Penggunaan : Kendaraan pada umumnya yang bertugas ringan dan sedang
Alur – alur kanvas berguna :
a. Menampung kotoran debu yang terdapat pada roda gaya dan plat tekan.
b. Sebagai ventilator
b. Kanvas Keramik
Bahan: Paduan keramik dan logam
Tuntutan / persyaratan :
a. Tahan terhadap panas yang tinggi.
b. Tahan terhadap gesekan yang tinggi
Penggunaan : Kendaraan bertugas berat Contoh : Traktor (Boldozer)
Catatan :
1) Jarang digunakan
2) Harganya mahal
F. Piringan Kopling ( Disc Plate )
a. Jenis Pegas Piringan Kopling
Pada piringan kopling terdapat 2 macam pegas, diantaranya:
1. Pegas radial
Tuntutan / persyaratan :
a. Mampu menerima gaya lingkaran.
b. Mampu memegas dengan baik.
c. Elastisitas harus tinggi (untuk bahan karet).
Kegunaan : Meredam getaran/kejutan saat kopling mulai terhubung sehingga kopling dapat terhubung dengan lembut
Pemasangan : Diantara plat yang duduk pada poros dan plat Pemegang kanvas.
2. Pegas aksial
Pegas aksial adalah pegas pada piringan kopling
Konstruksi :
A = Plat bentuk E
B = Plat bentuk W
Tuntutan/persyaratan : Mampu memegas di antara kedua kanvas yang di keling
Kegunaan : Untuk meneruskan tekanan plat penekan terhadap kedua plat secara perlahan-lahan sehingga kopling dapat terhubung dengan lembut
Penggunaan: Pada kendaraan kendaraan-kendaraan penumpang, Sedan, dan lain – lain
3. Paku Keling
Kegunaan :
Mengklem antara plat piringan kopling dengan pegas aksial.
Memegang antara kanvas kopling dan plat dengan pegas aksial.
G. Bagian-bagian Mekanisme Katup
1. Katup (valve), berfungsi membuka dan menutup saluran isap dan buang. Diameter katup isap dibuat lebih besar daripada diameter katup buang.
2. Dudukan katup, sebagai tempat duduknya kepala katup.
3. Pegas katup, berfungsi mengembalikan katup pada dudukan semula setelah katup bekerja (membuka).
4. Tapet (valve lifter), berfungsi memindahka gcrakan bubungan (nok) ke tuas katup {rocker arm) melalui batang penekan (push rod)
5. Batang penekan (push rod), berfungsi meneruskan gerakan tapet ke ujung tuas katup. Batang penekan hanya terdapat mekanisme katup yang poros noknya di blok silinder dan katup-katupnya terdapat pada kepala silinder.
6. Tuas katup (rocker arm), berfungsi menekan batang katup, sehingga katup dapat membuka. Celah (kerenggangan) antara rocker arm dan push rod disebut celah katup.
H. Model Mekanisme Katup
Ada beberapa model dalam pemindahan putaran dari poros engkol ke poros nok,
antara lain:
1. Model Timing Gear
Model ini digunakan pada mekanisme katup mesin OHC (Over Head Valve}, di mana poros noknya berada di dalam blok silinder. Model ini sudah jarang dipakai, karena timing gearnya menimbulkan bunyi yang berisik dibanding model Iain
2. Model Timing Chain
Model ini diterapkan pada mesin OHC (Over Head Camshaft) dan DOHC (Dual Over Head Camshaf), di mana. poros noknya berada di atas kepala silinder. Poros nok digerakkan oleh poros engkol melalui rantai (timing chain).
3. Model Timing Belt
Model ini poros nok digerakkan oleh poros engkol melalui sabuk bergerigi(belt). Penggunaan sabuk bergigi ini tidak menimbulkan bunyi berisik, tidak memerlukan pelumasan, tidak memerlukan penyetelan tegangan, dan lebih ringan. Oleh karena kelebihan itu,model timing belt ini lebih banyak diterapkan pada mesin bensin.
Kopling berfungsi untuk menghubungkan dan melepaskan tenaga dari mesin ke transmisi melalui kerja pedal selama perkaitan roda gigi.kopling juga dapat memindahkan tenaga secara perlahan-lahan dari mesin ke roda-roda penggerak (Drive Wheel) agar gerak mula kendaraan dapat berlangsung dengan lembut dan perpindahan roda-roda gigi transmisi dapat lembut sesuai dengan kondisi jalannya kendaraan.
Sistem Kopling yang akan kita bicarakan disini adalah sistem kopling manual yang selanjutnya kita sebut dengan kopling saja. Berikut ini komponen penting pendukung kopling, secara urut : Fly wheel atau roda gila, Clutch disc atau plat kopling, Clutch cover atau dekrup dan Clutch release bearing atau Drek lahar.
CaraKerja: Fly wheel atau roda gila meneruskan sekaligus menyimpan energi dari Crank Saft (kruk as) mesin saat mesin hidup (berputar), Plat kopling menjadi satu-satunya perantara tenaga mesin dengan Porseneling kita yang akhirnya tenaga ini akan diteruskan ke Roda. Sedangkan Dekrup bekerja sebagai pengatur kapan tenaga mesin di teruskan dan kapan tenaga mesin tidak diteruskan, hal ini dilakukan oleh kaki kita saat menginjak atau melepas pedal kopling melalui perantara Drek lahar.
Catatan : Dekrup di ikat dengan 6 (biasanya) baut terhadap fly wheel. plat kopling menjadi pengisi bagian tengah antara fly wheel dengan dekrup. Pada bagian tengah plat kopling terdapat lubang bergigi yang akan masuk kedalam As blender sebagai penerus tenaga dariplat kopling ke Gearbox porseneleng. Ketika kaki tidak menginjak pedal kopling.
Ketika kaki kita tidak menginjak pedal kopling, dengan melihat susunan diatas maka bantalan dekrup akan menekan plat kopling terhadap fly wheel sehingga seolah olah Fly wheel, plat kopling dan dekrup menjadi satu kesatuan sebagai benda rigid. sehingga apabila fly wheel berputar 10 RPM maka demikian pula dengan plat koplingnya. Dengan cara inilah tenaga dari mesin dapat di transfer ke dalam Gearbox porseneleng (melalui as blender) yang pada akhirnya diteruskan ke roda. Ketika kaki menginjak pedal kopling :
Ketika kaki kita menginjak pedal kopling, maka dreklahar mendorong kuku/ tuas dari dekrup sehingga bantalan dekrup yang menekan plat kopling dan roda gila terangkat. ketika terangkat inilah posisi dikatakan Free / perei. Dimana perputaran dari roda gila tidak di ikuti oleh perputaran dari plat kopling. sehingga tenaga dari mesin tidak sampai pada gearbox perseneleng. Pada saat ini lah perpindahan gigi dari porseneleng dapat dilakukan.Didalam gearbox porseneleng inilah tenaga dari mesin di atur sedemikian hingga sesuai dengan kebutuhan pengemudi melalui rasio gigi.
Kopling terletak diantara mesin dan transmisi, seperti yang di perlihatkan pada gambar di bawah ini:
A. Rangkaian Kopling
1) Pelat Kopling (Clutch Disc)
2) Tutup Kopling (Clutch Cover)
3) Mekanisme penggerak
B. Masalah Kopling
Susah masuk gigi : hal ini mungkin dapat disebabkan oleh beberapa hal, sebelum dapat mengetahui sumber kerusakan kita harus dapat mengetahui ciri2 atau gejala2 yang terjadi. Gejala2 yang mungkin terjadi antara lain adalah :
1) Susah masuk gigi Vosneling baik saat mesin dimatikan maupun di hidupkan : hal ini berarti terdapat kesalahan pada sistem mekanik pengoper gigi hal ini dapat berupa tongkat yang sudah oblak, sift cable atau kabel gigi yang sudah rusak atau putus atau mekanisme pengoper gigi didalam gearbox.
2) Kopling susah masuk gigi hanya pada saat mesin di hidupkan atau dinyalakan, namun mudah jika mesin dimatikan : dalam hal ini ada 2 kemungkinan kerusakan yang pertama adalah Kerusakan terjadi pada mekanisme pendorong clutch release bearing yaitu : master kopling atas bawah, atau kabel kopling yang masih menggunakan kabel, Fork/garpu kopling retak, bushing fork dan atau clutch release bearing atau drek lahar itu sendiri. Kemungkinan yang kedua adalah kerusakan terjadi pada Clutch cover atau dekrup, biasanya ada ciri2 tambahan jika kerusakan terjadi pada dekrup anda yaitu biasanya akan lebih susah masuk gigi lagi setelah melakukan perjalanan yang cukup jauh atau kondisi dekrup sudah panas, gigi akan semakin susah di pindahkan.
3) Kopling bergetar saat pertama mau jalan : 90% hal ini terjadi karena penggunaan Clutch disc atau plat kopling yang kurang bagus (pantekan atau imitasi murahan), 10% fly wheel bergelombang.
4) Suara mesin besar (rpm tinggi) tapi mobil ga mau lari (acceleration kurang) : 80% hal ini terjadi karena platkopling anda sudah tipis, dan lebih parah lagi akan timbul bau "sangit" ketika kita memaksa untuk accelerasi. 20% Fly wheel aus atau "legok" hal ini biasanya terjadi karena penggunaan plat kopling yang kurang bagus bahanya (imitasi).
5) Terdengar suara2 dari transmisi : ada beberapa jenis suara yang mungkin timbul dalam transmisi antaralain :
1. Bunyi Clutch release Bearing = bunyi dari drek lahar ini akan terdengar ketika kita menginjak kopling saat mesin hidup, dan akan hilang suaranya ketika kita melepas kopling.
2. Bunyi Pilot bearing = Akan terdengar saat mesin dihidupkan meskipun kita menginjak kopling atau tidak.
3. Bunyi pada saat jalan = jika kedua bunyi diatas dapat didengar tanpa pergerakan kendaraan, jenis bunyi yang ketiga ini hanya dapat didengar pada saat kendaraan melakukan pergerakan. Bunyi ini berasal dari bearing didalam gearbox anda.
4. Bunyi mendesing pada gigi tertentu = hal ini terjadi karena terdapat kerusakan pada pasangan gigi yang bunyi tersebut kemungkinan gigi sudah aus atau rompal sehingga memberikan rongga udara yang dapat menimbulkan bunyi mendesing
C. Syarat Kopling
1. Harus dapat menghubungkan transmisi dengan mesin secara lembut.
2. Pada saat menghubungkan ke transmisi harus dapat memindahkan tenaga tanpa terjadi slip.
3. Dapat membebaskan hubungan dari transmisi dengan sempurna dan cepat
Dilihat dari jenis pegas penekan yang digunakan, kopling dibagi menjadi dua tipe, yaitu:
a. Tipe Kopling dengan Pegas Koil.
b. Kopling dengan pegas diafragma atau bahasa kerennya Matahari
Dilihat dari mekanisme penggeraknya, ada dua tipe kopling yaitu:
a. Kopling Mekanis
Kopling Mekanis (mechanical clutch) terdiri dari beberapa bagian seperti gambar di bawah ini,perpindahan pedal kopling diteruskan ke body kopling secara langsung oleh kabel.
b. Kopling Hidrolis (penggeraknya menggunakan minyak/fluida)
Pada tipe kopling ini, pergerakan pedal kopling di rubah oleh master silinder menjadi tekanan hidraulis kemudian di teruskan ke garpu pembebas kopling (clutch release fork) melalui silinder pembebas (Release cylinder).
Pada kopling ini pengemudi tidak terganggu oleh bunyi getaran mesin dan kopling mudah digerakkan. Katup pada mesin 4 langkah berfungsi mengatur pembukaan dan penutupan katup•katup. Mekamisme katup ini dirancang sedemikian rupa, sehingga poros nok (camshaft) berputar satu kali untuk menggerakkan katup hisap dan katup buang setiap dua kali putaran poros engkol.
D. Kopling Plat Tunggal Berpegas Diafragma Dan Koil
1. Kontruksi Kopling Plat Tunggal
2. Perbandingan Gaya Diafragma Dengan Koil
a. Posisi plat penekan dengan plat kopling yang sudah aus pada batas limit.
b. Posisi plat penekan dengan plat kopling baru.
c. Posisi plat penekan saat pedal kopling diinjak penuh.
d. Tekanan normal plat penekan pada saat kopling terhubung
Kesimpulan :
1. Tekanan plat penekan dengan pegas diafragma lebih besar dibanding dengan menggunakan pegas koil pada keadaan kanvas kopling aus / menipis.
2. Tekanan plat penekan untuk kedua pegas sama, jika kanvas plat kopling masih baru.
3. Gaya yang diberikan untuk membebaskan kopling dengan pegas koil lebih besar dibanding yang menggunakan pegas diafragma.
Keuntungan :
Untuk plat kopling tunggal dengan pegas diafragma.
1. Tekanan plat penekan selalu normal pada perubahan tebal kanvas
2. Tekanan pedal pada saat membebaskan kopling lebih kecil dibanding kopling dengan pegas koil.
3. Penekan lebih merata terhadap kanvas kopling.
E. Plat Kopling
1. Jenis Kanvas Kopling
a. Kanvas Asbes
Bahan kanvas : Paduan asbes dengan logam
Tuntutan / persyaratan :
1. Tahan terhadap panas.
2. Dapat menyerap panas.
3. Tahan terhadap gesekan.
Penggunaan : Kendaraan pada umumnya yang bertugas ringan dan sedang
Alur – alur kanvas berguna :
a. Menampung kotoran debu yang terdapat pada roda gaya dan plat tekan.
b. Sebagai ventilator
b. Kanvas Keramik
Bahan: Paduan keramik dan logam
Tuntutan / persyaratan :
a. Tahan terhadap panas yang tinggi.
b. Tahan terhadap gesekan yang tinggi
Penggunaan : Kendaraan bertugas berat Contoh : Traktor (Boldozer)
Catatan :
1) Jarang digunakan
2) Harganya mahal
F. Piringan Kopling ( Disc Plate )
a. Jenis Pegas Piringan Kopling
Pada piringan kopling terdapat 2 macam pegas, diantaranya:
1. Pegas radial
Tuntutan / persyaratan :
a. Mampu menerima gaya lingkaran.
b. Mampu memegas dengan baik.
c. Elastisitas harus tinggi (untuk bahan karet).
Kegunaan : Meredam getaran/kejutan saat kopling mulai terhubung sehingga kopling dapat terhubung dengan lembut
Pemasangan : Diantara plat yang duduk pada poros dan plat Pemegang kanvas.
2. Pegas aksial
Pegas aksial adalah pegas pada piringan kopling
Konstruksi :
A = Plat bentuk E
B = Plat bentuk W
Tuntutan/persyaratan : Mampu memegas di antara kedua kanvas yang di keling
Kegunaan : Untuk meneruskan tekanan plat penekan terhadap kedua plat secara perlahan-lahan sehingga kopling dapat terhubung dengan lembut
Penggunaan: Pada kendaraan kendaraan-kendaraan penumpang, Sedan, dan lain – lain
3. Paku Keling
Kegunaan :
Mengklem antara plat piringan kopling dengan pegas aksial.
Memegang antara kanvas kopling dan plat dengan pegas aksial.
G. Bagian-bagian Mekanisme Katup
1. Katup (valve), berfungsi membuka dan menutup saluran isap dan buang. Diameter katup isap dibuat lebih besar daripada diameter katup buang.
2. Dudukan katup, sebagai tempat duduknya kepala katup.
3. Pegas katup, berfungsi mengembalikan katup pada dudukan semula setelah katup bekerja (membuka).
4. Tapet (valve lifter), berfungsi memindahka gcrakan bubungan (nok) ke tuas katup {rocker arm) melalui batang penekan (push rod)
5. Batang penekan (push rod), berfungsi meneruskan gerakan tapet ke ujung tuas katup. Batang penekan hanya terdapat mekanisme katup yang poros noknya di blok silinder dan katup-katupnya terdapat pada kepala silinder.
6. Tuas katup (rocker arm), berfungsi menekan batang katup, sehingga katup dapat membuka. Celah (kerenggangan) antara rocker arm dan push rod disebut celah katup.
H. Model Mekanisme Katup
Ada beberapa model dalam pemindahan putaran dari poros engkol ke poros nok,
antara lain:
1. Model Timing Gear
Model ini digunakan pada mekanisme katup mesin OHC (Over Head Valve}, di mana poros noknya berada di dalam blok silinder. Model ini sudah jarang dipakai, karena timing gearnya menimbulkan bunyi yang berisik dibanding model Iain
2. Model Timing Chain
Model ini diterapkan pada mesin OHC (Over Head Camshaft) dan DOHC (Dual Over Head Camshaf), di mana. poros noknya berada di atas kepala silinder. Poros nok digerakkan oleh poros engkol melalui rantai (timing chain).
3. Model Timing Belt
Model ini poros nok digerakkan oleh poros engkol melalui sabuk bergerigi(belt). Penggunaan sabuk bergigi ini tidak menimbulkan bunyi berisik, tidak memerlukan pelumasan, tidak memerlukan penyetelan tegangan, dan lebih ringan. Oleh karena kelebihan itu,model timing belt ini lebih banyak diterapkan pada mesin bensin.
Langganan:
Postingan (Atom)